Gun Woo menyandera Soon Geum di mobil dalam upayanya mendapatkan nomor telepon Nenek Choon Jak yang ia tulis di tiket lotre milik Soon Geum. Bagi Gun Woo, nenek adalah segalanya.
"Bagaimana dengan aku? Aku seorang
pembantu dan aku juga ditendang keluar dengan tidak adil seperti nenek.
Bagaimana denganku?" tuntut Soon Geum menanyakan nasibnya yang tak jauh
berbeda dari nenek.
"Aku menyukaimu dan membencimu," ucap Gun Woo."Kau bilang menyukaiku? Atau membenciku?" tanya Soon Geum bingung.
"Apa kau serius?" tanya Gun Woo balik.
"Ya." Soon Geum mengangguk.
"Coba rayu aku..."
Soon Geum tertegun. Lalu mulai salah tingkah dan merasa udara di mobil jadi panas. Gun Woo berkomentar udara malam ini sangat dingin bagaimana bisa Soon Geum berkata sebaliknya. Soon Geum menutup matanya, malu.
Sebuah mobil masuk ke 1st Street. Tuan
Hwang ada di dalam mobil itu sambil memegangi tiket lotre yang tadinya
milik Soon Geum. Ia menukar tiket itu dengan uang tunai 10 Milyar Won.
Tuan Hwang membalik kupon itu dan menemukan sederet nomor telepon. Ia
melewati mobil Gun Woo. Soon Geum yang melihat Tuan Hwang meminta tolong
dengan mengetuk-ngetuk kaca jendela mobil. Tuan Hwang menoleh namun tak
merespon. Ia terus melaju pergi dengan mobilnya.
Soon Geum menunduk. Ia terkejut
saat mendengar sebuah ketukan di kaca jendela disamping kursi Gun Woo.
Tuan Kang beserta Nyonya Kang dan San memandangnya dengan heran. Gun Woo
menaikkan kursinya. Mereka bertambah heran melihat Soon Geum dan Gun
Woo bersama dalam satu mobil.
Soon Geum dibawa ke dalam rumah
Keluarga Kang. Soon Geum duduk di lantai dan meminta pekerjaannya
kembali. Gun Woo langsung memprotes. Tuang Kang angkat tangan. Ia
mengancam akan mengusir Gun Woo jika menolak kehadiran Soon Geum. Gun
Woo tetap pada pendiriannya untuk membawa nenek kembali ke rumah
Keluarga Kang.
Tuang Kang menengahi dengan berkata Soon Geum akan bekerja sampai Gun Woo berhasil menemukan nenek Choon Jak. Tuan Kang meminta pengertian dari Gun Woo. Mereka membutuhkan Soon Geum untuk mengasuh San.
Tuang Kang menengahi dengan berkata Soon Geum akan bekerja sampai Gun Woo berhasil menemukan nenek Choon Jak. Tuan Kang meminta pengertian dari Gun Woo. Mereka membutuhkan Soon Geum untuk mengasuh San.
"Ketika kau berhasil menemukan nenek, aku akan mengepak koperku dan pergi tanpa sepatah katapun," janji Soon Geum.
"Kau bisa mengatakan ini?" sembur Gun Woo.
"Aku
juga punya harga diri. Ini sangat tidak adil. Dia sangat tercela. Dia
bahkan tak menginginkan aku kembali bekerja. Tapi aku tidak dapat pergi
karena San. Aku ingin melihatnya. Jadi walaupun ini melukai harga
diriku, aku ingin tinggal. Tolong biarkan aku bekerja lagi disini,
Presiden." pinta Soon Geum. Ia juga memohon pada Nyonya Kang yang
jelas-jelas menginginkan Soon Geum kembali.
Keputusan
telah final. Soon Geum diterima kembali bekerja di kediaman Keluarga
Kang. San senang Ahjumma telah kembali. Ia memeluk Soon Geum. Di
dekatnya, Gun Woo menatapnya dengan pandangan benci.
Hal pertama yang dilakukan Soon Geum setelah kembali bekerja adalah menghubungi ayahnya yang masih di rumah sakit. Dari awal ia menyembunyikan statusnya yang kaya mendadak. Bukannya tak mau menjadi anak yang berbakti, tapi Soon Geum khawatir jika ayahnya tahu, maka ia akan menghabiskan uangnya di meja judi.
Kediaman Keluarga Jang. Boon Ja
datang tergopoh-gopoh ke kamar Nyonya Jang. Ia membawa 2 buah cincin
mutiara. Yang satu berukuran besar, yang satunya lagi kecil. Ia
memperlihatkannya pada Nyonya Jang.
"Lihat, cincin milikku tidak pernah sebesar ini. Cincinku hanya sebesar lubang hidung," seru Boon Ja.
Nyonya
Jang menatapnya sebal. Boon Ja baru sadar bahwa ukuran cincinnya sama
seperti milik Nyonya Kang. Reflek ia segera menyembunyikan cincinnya dan
memperlihatkan cincin yang satunya lagi dengan ukuran lebih besar.
Boon Ja berkata seharusnya pertanyaan
itu ditujukan pada Tuan Jang. Ia menemukan cincin itu di ruangan Tuan
Jang kemarin. Ia bertanya wanita mana lagi sekarang? Apa wanita itu
berasal dari 1st Street? Atau gadis bar? Boon Ja terus saja mencerocos.
Tubuh Nyonya Jang bergetar menahan marah.
Pagi hari Gun Woo melakukan jogging. Di jalan ia berpapasan dengan Joo Won. Mereka saling tersenyum satu sama lain.
Tuan Jang menonton TV dengan
diapit kedua istrinya. Ia tampak risih. Boon Ja sudah terlelap
disampingnya. Tuan Jang membetulkan kepala Boon Ja yang menyender di
lengannya. Tuan Jang hendak mengganti chanel TV, tapi dilarang oleh
Nyonya Jang. Saat hendak bangun, Nyonya Jang juga melarangnya.
"Jika matamu berkelana lagi dari Boon Ja dan aku, kami akan menjadikanmu mumi," ancam Nyonya Jang dengan tajam.
"Aku tidak bisa mendapatkan bahkan seteguk air saat aku ingin?" tanya Tuan Jang takut-takut.
"Ya. Kau bahkan tak diizinkan buang air kecil dari seteguk air itu dimanapun."
Tuan Jang menelan ludah.
Hyun Joo belanja ke pasar. Ia membeli beberapa seafood segar.
Nyonya Kang masuk ke dapur. Tapi ia tak menemukan Soon Geum disana. Nyonya Kang menahan kesal sambil berjalan menuju kamar Soon Geum. Di dalam Soon Geum masih damai dalam tidurnya. Nyonya Kang berkacak pinggang dan berteriak membangunkan Soon Geum. Soon Geum kaget dan segera bangun. Nyonya Kang mengomel panjang lebar. Omelannya beruntun tanpa jeda. Soon Geum yang masih mengantuk berusaha fokus mendengarkan celotehan majikannya.
Setelah Nyonya Kang pergi, Soon Geum
ambruk lagi di tempat tidurnya. Ia mulai stress dan heran mengapa
dirinya mau bekerja lagi menjadi pembantu. Padahal ia sudah punya uang
banyak. Soon Geum berteriak semua gara-gara ayahnya. Soon Geum menutup
kupingnya saat mendengar omelan Nyonya Kang lagi di luar.
"Aku
lapar. Tolong masakan nasi, Ahjumma," suara Gun Woo mengagetkan Soon
Geum. Ia segera bangun. Gun Woo sudah berdiri di depan pintunya.
"Apa yang kau lakukan dengan tiket itu?" Gun Woo mulai berusaha lagi.
"Aku sudah tak punya lagi," ucap Soon Geum memelas.
Gun Woo melengos pergi. Tapi segera
berbalik setelah Soon Geum mengatakan tahu dimana tiket lotre itu. Gun
Woo berjongkok di depan Soon Geum.
"Apa kau mendapatkan tempat pertama? Kedua? Atau ketiga?"
Gun Woo berulang-ulang mendorong dahi Soon Geum dengan jarinya.
Soon Geum marah dan tersinggung.
"Kau
menghinaku karena aku seorang pembantu?" Soon Geum menepis tangan Gun
Woo. "Atau kau menghinaku karena aku tak punya uang? Jika bukan itu, apa
karena kau tak berpendidikan?"
"Ketiga-tiganya," jawab Gun Woo enteng.
"Jika aku punya uang lebih banyak darimu, apa kau akan menghinaku? Dapatkah kau menghinaku?"
"Apa
kau benar-benar tak punya kepercayaan diri? Kau mencoba membeli kasih
sayang dengan uang? Jadi berapa banyak yang kau punya? Berapa? Aku benci
bagaimana keras kepalanya kau. Dan kau tak menghormati orang tua dan
malah kembali. Harga dirimu yang hampir tak ada sangat memuakkan."
Gun
Woo terus saja mencela Soon Geum. Ia menuduh Soon Geum hanya
memanfaatkan San agar dirinya diterima kembali bekerja. Soon Geum hanya
bisa menelan ludah.
Hyun Joo mendatangi rumah sahabat-sahabatnya untuk mengirimkan seafood segar yang baru dibelinya di pasar. Semua sahabatnya sangat senang mendapat kiriman itu.
Hyun
Joo juga menghidangkan masakan istimewa untuk Keluarga Jang. Tuan Jang
memuji sup gurita buatan Hyun Joo. Hyun Joo sangat tersanjung. Namun ada
satu kesalahan fatal yang tak luput dari mata Nyonya Jang dan Boon Ja.
Hyun Joo memasak sup gurita tanpa kantung tintanya.
Nyonya Jang berkomentar alasannya memakan sup gurita karena kantung tintanya. Boon Ja ikut mengomeli Hyun Joo.
"Kau tidak belajar di sekolahmu?"
"Kau berdua lulusan SMU, tapi dia lulusan universitas khusus. Dari Seoul pula," seru Tuan Jang membela Hyun Joo.
Nyonya
Jang dan Boon Ja menatap suaminya dengan pandangan curiga. Tuan Jang
langsung menutup mulutnya karena keceplosan omong. Hyun Joo pergi dengan
senyum kemenangan.
Gun
Woo pergi ke kantornya dengan mobilnya yang mulai kehabisan bensin. Ia
teringat ulah ayahnya yang menarik semua fasilitasnya gara-gara ia
menantang ingin menjadi seperti ayahnya. Belum sampai di kantor,
mobilnya sudah mogok. Terpaksa ia mendorong mobilnya mencari pom bensin.
Walhasil
Gun Woo telat sampai kantor. Ia langsung bergabung di ruang meeting.
Tuan Kang menerapkan kedisiplinan dengan meminta Gun Woo membayar denda
10.000 won permenit untuk setiap keterlambatannya.
Tuan Kang menengadahkan tangannya meminta uang dari Gun Woo.
"Sekarang?" tanya Gun Woo yang hendak duduk. Gun Woo mengeluarkan dompetnya dan menyerahkan selembar 10.000 won pada ayahnya.
"10.000
won untuk setiap orang," ucap Tuan Kang setelah menerima uang dari Gun
Woo. Gun Woo syok. Mau tak mau ia membagi-bagikan uangnya pada semua
orang di ruang meeting pagi itu.
Soon
Geum datang ke bunker-nya untuk mengambil uangnya. Soon Geum kurang
menyukai bau ruangan itu. Tiba-tiba ada suara dari luar yang membuatnya
terlonjak kaget.
Ternyata
Tuan Hwang yang datang. Tuan Hwang tak habis pikir Soon Geum masih mau
bekerja menjadi pembantu setelah mendapatkan uang banyak. Soon Geum
hanya tertawa kecil. Mereka saling berjanji untuk menyimpan rahasia
masing-masing.
Soon Geum berkomentar bahwa ruangan itu bau. Ia bertanya bau itu berasal darimana.
"Apa
kau pernah mencium bau uang? Ketika pegawai bank mencium tangan mereka
setelah selesai bekerja, mereka berkata mereka bau sesuatu yang busuk.
Itu adalah bau uang. Orang-orang tak tahu tentang ini karena mereka tak
mengumpulkan sebanyak ini. Tetapi sebenarnya uang bau busuk."
"Bahkan jika baunya seperti bau busuk, aku masih suka aromanya."
Mereka tertawa bersama. Soon Geum mulai curhat mengenai ayahnya. Tuan Hwang tak bisa membantu. Ia tak mau campur tangan.
Gun Woo frustasi. Ia mulai protes pada sikap ayahnya. Ia berbicara empat mata dengan ayahnya di atap gedung.
"Apa alasanmu tiba-tiba melakukan hal ini padaku?" tanya Gun Woo marah.
Soon Geum menyedot debu di daerah tangga. Nyonya Kang datang dengan membawa sapu tangan milik Tuan Hwang. Ia meminta Soon Geum mencuci saputangan itu. Soon Geum mengulurkan tangan untuk mengambilnya. Namun apes kakinya terpeleset dan jatuh dari tangga.
Soon Geum melanjutkan pekerjaannya dengan membersihkan isi kulkas. Sesekali ia mengusap punggungnya yang nyeri. Soon Geum berusaha mengabaikan rasa sakit itu. Ruang perpustakaan Gun Woo telah menantinya. Soon Geum mengelap setiap sudut rak buku. Setelah itu ia mengepel lantai. Baru saja mulai, punggungnya semakin sakit. Akhirnya Soon Geum menyerah. Ia menemperkan koyo dan rebahan sebentar di meja Gun Woo.
Soon Geum membayangkan hal-hal indah untuk menghabiskan uangnya.
Ia membayangkan lulus kuliah dengan nilai A semua. Ia juga membayangkan
mentraktir semua teman-temannya di restoran mewah.
Da Kyum memasak kepiting pemberian Hyun Joo. Ia menghidangkan sup kepiting untuk makan malam Young Hee. Young Hee tak sabar mencicipi masakan Da Kyum. Ia menggigit daging kepiting yang masih panas. Tak sengaja kuah sup itu menyemprot ke dahi Da Kyum. Da Kyum berteriak kesakitan sambil memegangi dahinya. Young He meminta maaf dan bergegas mengambil salep. Ia membantu Da Kyum mengoleskan salep itu ke dahinya. Da Kyum mulai grogi. Ia salah tingkah dengan perhatian Young Hee.
Soo Jung bepapasan dengan Gun Woo diluar. Ia menyinggung masalah uang pemberian Gun Woo untuk biaya pengobatan ayah Soon Geum di rumah sakit. Dari Soo Jung, Gun Woo tahu bahwa Soon Geum mengetahui perihal uang itu. Ia malah marah pada Soon Geum yang dianggapnya sebagai pengkhianat. Ia mengatai Soon Geum pembantu yang arogan. Soo Jung tersenyum senang karena tahu Soon Geum telah kembali bekerja di rumah keluarga Kang.
Soo Jung menghubungi Da Kyum cs. Ia mengumpulkan semuanya di luar rumah untuk mengumumkan kabar penting. Ia ingin memberi tahu bahwa Soon Geum telah kembali. Namun urung dilakukannya karena Soo Jung sendiri belum yakin benar. Da Kyum cs jadi marah. Da Kyum berkata Soon Geum juga mengirim SMS meminta mereka semua keluar, tapi orangnya malah tak kelihatan.
Tiba-tiba Jareu Rin melihat Soon Geum berjalan bersama Young Hee.
Ia memberitahu teman-temannya. Mereka langsung memanggil Soon Geum. Soon
Geum menoleh. Mereka berlarian lalu saling berpelukan. Da Kyum cs
sangat senang melihat Soon Geum telah kembali. Mereka menyambut gembira
kedatangan Soon Geum. Young Hee hanya tersenyum lebar melihat tingkah
mereka.
Young Hee minun teh bersama Joo Won. Da Kyum melihat Joo Won dengan pandangan sebal. Joo Won mengomentari hubungan Young Hee dan Da Kyum yang seperti teman. Young Hee yang tengah serius membaca koran tak memperhatikan ucapannya. Ia hanya menjawab iya untuk semua pertanyaan Joo Won.
Joo Won kesal. Ia meminta Young Hee memecat Da Kyum.
Simpanan uangnya di dompet semakin menipis, Gun Woo nekat meminjam uang ke bank walaupun bunganya sangat tinggi. Lalu ia membeli saham dengan uang itu.
Soon Geum juga pergi ke bank untuk menabung. Ia menghitung uangnya di depan teller. Ia hanya tersenyum saat teller mengomentari uangnya sangat banyak.
Soon Geum pergi ke kontrakan baru Yoon Shi Ah. Ia tak tega melihat Shi Ah dan Ji Min tinggal rumah kecil yang sangat sederhana.
Soon Geum berjalan ke arah gedung apartemen yang menjulang tinggi dan berharap keluarganya dapat tinggal disana. Lalu ia menelepon Tuan Hwang.
"Ahjussi, harapanku adalah membeli rumah."
"Itu harapan semua orang yang hidup di Korea," jawab Tuan Hwang.
"Itulah sebabnya aku mengatakan ini. Aku melanjutkan pekerjaanku sebagai pembantu karena aku tak ingin ayahku sampai tahu. Tapi apa tak masalah jika aku membeli rumah tanpa dia tahu? Selama aku tak tinggal disana."
"Mengapa kau bertanya padaku?" tanya Tuan Hwang.
"Ini adalah harapan mendiang ibuku. Membeli rumah sendiri. Jika aku membeli rumah, ibu akan menyukainya juga. Aku sangat merindukannya. Karena aku, ibuku bekerja menjadi pembantu sepanjang hidupnya sampai dia mati. Dengan uang ini, aku ingin dia bahagia." Soon Geum mulai terisak.
Di seberang sana Tuan Hwang kebingungan mendengar tangis Soon Geum. Ia meminta Soon Geum tak menangis. Tapi Soon Geum terus saja menangis dan menyesali kepergian ibunya yang terlalu cepat. Masih banyak yang belum ia beri untuk ibunya. Semasa hidupnya, ibunya tak pernah hidup layak.
Tuan Hwang kewalahan. Ia mulai kesal karena Soon Geum tak mau berhenti menangis. Ia terus membujuknya, tapi tangis Soon Geum malah makin keras. Kesabaran Tuan Hwang habis. Ia membanting ponselnya ke meja. Sambungan telepon terputus. Sambil masih menangis, Soon Geum menghubungi Tuan Hwang lagi.
"Apa lagi? Kenapa kau meneleponku?" teriak Tuan Hwang.
"Presiden Yong," sahut suara diseberang.
Tuan Hwang melihat layar ponselnya. Kemudian matannya beralih pada saputangan biru yang tergeletak di atas mejanya. Kali ini Nyonya Kang yang menghubunginya.
Setelah selesai mengerjakan pekerjaannya, Soon Geum memilih pergi ke kamar Da Kyum. Di luar ia bertemu dengan Young Hee. Melihat wajah pucat Soon Geum, Young Hee langsung tahu bahwa Soon Geum sakit. Soon Geum berkata hanya kurang tidur. Ia bertanya apa Young Hee punya obat penghilang rasa sakit. Young Hee menempelkan telapak tangannya di kening Soon Geum dan menyadari Soo Geum terserang demam.
Soon Geum masuk ke kamar Da Kyum. Unie-unienya sedang makan nasi campur. Soon Geum tak ikut bergabung. Ia langsung menarik kasur lipat dan merebahkan tubuhnya yang sudah letih. Soo Jung bergegas memeriksa tubuh Soon Geum. Hyung Joo menyelimutinya. Mereka tampak mengkhawatirkan Soon Geum dan ingin membawanya ke dokter. Soon berkata baik-baik saja dan meminta mereka semua meneruskan makan. Hyun Joo menyuruh Soon Geum tidur. Lalu mereka kembali makan sambil mengobrol. Soon Geum mulai terlelap.
Young Hee mengambil obat dan air putih. Ia bingung obat yang diambilnya obat demam atau obat tidur.
Mendengar keributan di dalam kamar Da Kyum, Young Hee mendobrak pintu dengan marah. Ia mengambil baskom nasi dan melemparnya keluar. Ia marah-marah karena mereka membuat keributan di dekat orang sakit. Da Kyum cs ketakutan dan berkumpul di sudut kamar. Soon Geum juga ikut ngeri.
Young He menyuruh Da Kyum cs minggir. Ia menghampiri Soon Geum
lalu menggendongnya. Soon Geum terkejut. Sebelum keluar ia memperingati
Da Kyum cs jika membuat keributan lagi tak akan mengizinkan rumahnya
dijadikan tempat perkumpulan lagi.
Di pintu Gun Woo sudah menghadangnya. Ia mengernyit melihat Soon
Geum dalam gendongan Young Hee. Wajahnya terlihat tak senang. Soon Geum
hanya memejamkan matanya.
"Minggir!" teriak Young Hee keras. Lalu ia membawa Soon Geum keluar diiringi tatapan bengong dari Da Kyum cs dan Gun Woo.
Tuan Kang meminta Gun Woo mencari
jalan sendiri untuk kembali ke posisinya semula. Ia memberitahu Gun Woo
bahwa San sudah di bawah registry-nya (Tuang Kang sudah mengakui San
anaknya). Ia juga bersedia menerima ibu asuh (nenek) Gun Woo lagi. Jadi
ia tak mau mendengar Gun Woo mengancamnya dengan hal-hal seperti itu.
"Ini
tes yang kau berikan padaku. Lakukan apa yang kau mau. Apapun itu!
Setidaknya ekspresikan cintamu pada putramu dengan uang. Apa kau pikir
aku takut karena hal seperti ini?"
"Apa
kau tahu apa yang paling kutakuti di seluruh dunia ini? Uang..." ucap
Tuan Kang. Lalu ia melangkah mendekati Gun Woo dan berbisik di dekat
kupingnya. "Kau...jangan membuatku takut, Gun Woo."
Tuan Kang pergi meninggalkan Gun Woo yang terpaku ditempatnya.
Soon Geum menyedot debu di daerah tangga. Nyonya Kang datang dengan membawa sapu tangan milik Tuan Hwang. Ia meminta Soon Geum mencuci saputangan itu. Soon Geum mengulurkan tangan untuk mengambilnya. Namun apes kakinya terpeleset dan jatuh dari tangga.
"Apa kau baik-baik saja," tanya Nyonya Kang tanpa berniat menolong Soon Geum.
"Ya, aku baik-baik saja, Madam," rintih Soon Geum menahan sakit. Punggungnya serasa remuk.
Soon Geum melanjutkan pekerjaannya dengan membersihkan isi kulkas. Sesekali ia mengusap punggungnya yang nyeri. Soon Geum berusaha mengabaikan rasa sakit itu. Ruang perpustakaan Gun Woo telah menantinya. Soon Geum mengelap setiap sudut rak buku. Setelah itu ia mengepel lantai. Baru saja mulai, punggungnya semakin sakit. Akhirnya Soon Geum menyerah. Ia menemperkan koyo dan rebahan sebentar di meja Gun Woo.
Da Kyum memasak kepiting pemberian Hyun Joo. Ia menghidangkan sup kepiting untuk makan malam Young Hee. Young Hee tak sabar mencicipi masakan Da Kyum. Ia menggigit daging kepiting yang masih panas. Tak sengaja kuah sup itu menyemprot ke dahi Da Kyum. Da Kyum berteriak kesakitan sambil memegangi dahinya. Young He meminta maaf dan bergegas mengambil salep. Ia membantu Da Kyum mengoleskan salep itu ke dahinya. Da Kyum mulai grogi. Ia salah tingkah dengan perhatian Young Hee.
Soo Jung bepapasan dengan Gun Woo diluar. Ia menyinggung masalah uang pemberian Gun Woo untuk biaya pengobatan ayah Soon Geum di rumah sakit. Dari Soo Jung, Gun Woo tahu bahwa Soon Geum mengetahui perihal uang itu. Ia malah marah pada Soon Geum yang dianggapnya sebagai pengkhianat. Ia mengatai Soon Geum pembantu yang arogan. Soo Jung tersenyum senang karena tahu Soon Geum telah kembali bekerja di rumah keluarga Kang.
Karena
kelelahan, Soon Geum tertidur di lantai perpustakaan. Gun Woo masuk.
Lalu membangunkan Soon Geum dengan kakinya. Soon Geum tak terusik sama
sekali. Gun Woo terus saja berteriak membangunkannya. Akhirnya Soon Geum
membuka matanya juga. Begitu melihat Gun Woo, ia langsung duduk.
Gun
Woo mulai menceramahinya panjang lebar. Soon Geum diam dengan pasrah
mendengarkan omelan Gun Woo. Soon Geum beralasan kelelahan setelah
melakukan banyak bekerja tadi pagi. Setelah puas memarahi Soon Geum, Gun
Woo menyuruhnya membeli koyo. Bukannya segera melaksanakan perintah Gun
Woo, Soon Geum malah mengikuti Gun Woo masuk ke kamarnya. Ia
mengulurkan tangannya meminta uang. Gun Woo menatap Soon Geum dengan
kesal. Kemudian mengeluarkan dompetnya. Gun Woo semakin kesal saat
melihat uangnya tinggal selembar. Ia mengurungkan niatnya membeli koyo.
"Beri aku uang?" Soon Geum terus memaksa;
"Bukankah kau punya uang," jawab Gun Woo.
"Uang apa?" tanya Soon Geum bingung.
"Apa kau sudah menggunakannya? Berapa biaya rumah sakit?"
Soon
Geum mengerti. Lalu ia bertanya Gun Woo meminjamkannya atau memberikan
uang itu untuknya. Gun Woo menjawab ia memberikan uang itu. Soon Geum
tersenyum dan mengucapkan terimakasih. Gun Woo menyuruh Soon Geum segera
pergi dari kamarnya.
Soon
Geum pergi ke apotek membeli koyo. Young Hee juga ada disana. Ia
berniat membelikan obat untuk Da Kyum. Young Hee bertanya apa Soon Geum
sakit. Soon Geum tak menjawab, ia hanya memperlihatkan koyo yang baru
dibelinya. Young Hee langsung tahu koyo itu untuk Gun Woo.
"Kapan
kau memberikan hatimu untukku?" tanya Young Hee. Soon Geum bingung. Ia
teringat janjinya pada Young Hee saat minta dibebaskan dari kejaran Gun
Woo dulu. Soon Geum tersenyum dan berkata secepatnya.
Tiba-tiba
Young Hee memegang dahi Soon Geum dan membandingkannya dengan dahinya
sendiri. Soon Geum segera menepis tangan Young Hee. Ia berkata baik-baik
saja. Young Hee mengerti lalu jalan menuju pelayan apotek meminta
salep. Soon Geum hendak keluar, tapi dicegah oleh Young Hee yang
mengajaknya pulang bersama.
Soo Jung menghubungi Da Kyum cs. Ia mengumpulkan semuanya di luar rumah untuk mengumumkan kabar penting. Ia ingin memberi tahu bahwa Soon Geum telah kembali. Namun urung dilakukannya karena Soo Jung sendiri belum yakin benar. Da Kyum cs jadi marah. Da Kyum berkata Soon Geum juga mengirim SMS meminta mereka semua keluar, tapi orangnya malah tak kelihatan.
Pagi-pagi
Gun Woo sudah uring-uringan. Mobilnya tak bisa dipakai karena sudah
kehabisan bensin. Dengan kesal ia menendang mobilnya, tapi langsung
menyesal karena kakinya yang malahan sakit.
Soon
Geum mengirim SMS untuk Tuan Hwang. Ia bertanya apa tiket itu masih
ada. Tuan Hwang berbohong jika tiket itu sudah tak di tangannya lagi.
Young Hee minun teh bersama Joo Won. Da Kyum melihat Joo Won dengan pandangan sebal. Joo Won mengomentari hubungan Young Hee dan Da Kyum yang seperti teman. Young Hee yang tengah serius membaca koran tak memperhatikan ucapannya. Ia hanya menjawab iya untuk semua pertanyaan Joo Won.
Joo Won kesal. Ia meminta Young Hee memecat Da Kyum.
"Jangan
merendahkannya. Jangan membicarakannya dibelakangnya. Jangan datang
menginspeksi ketika aku tak ada dengan berakting seperti kau ibuku,"
ucap Young Hee tanpa mengalihkan matanya dari koran.
"Dia mengatakan semuanya padamu?" tanya Joo Won tak percaya.
Young Hee tertawa. "Apa kau rubah? Dia hanya keluarga. Ke-lu-arga," terang Young He.
"Dia tidak benar," Joo Won membela diri.
"Apa kau tahu berapa lama kita berpisah? Kita generasi yang sama. Apa aku pencuri?"
Joo Won tak menjawab, malah melengos. Young Hee melemparkan korannya.
"Apa kau menyukaiku?" tembak Young Hee. Joo Won langsung menyangkalnya. "Sebelum kau dekat Gun Woo."
"Dia seorang ayah sekarang," Joo Won menyangkal menyukai Gun Woo juga.
"Jika Gun Woo bukan seorang ayah, apa kau lebih menyukainya?"
"Dia
tidak sepertimu yang mudah membuat senang seorang gadis. Dia tidak mata
keranjang. Dia bagus dijadikan seorang suami. Dia bahkan kehilangan
berat badan."
"Oh...Lalu kau mencoba untuk mendapatkan Gun Woo," komentar Young Hee.
"Apa kau tidak menyukaiku?" tanya Joo Won.
"Tidak."
"Lalu kenapa?"
"Karena Gun Woo bukan seorang ayah."
Joo Won terkejut mendengar pernyataan Young Hee.
"Apa kau tidak menyukaiku?" tanya Joo Won.
"Tidak."
"Lalu kenapa?"
"Karena Gun Woo bukan seorang ayah."
Joo Won terkejut mendengar pernyataan Young Hee.
Simpanan uangnya di dompet semakin menipis, Gun Woo nekat meminjam uang ke bank walaupun bunganya sangat tinggi. Lalu ia membeli saham dengan uang itu.
Soon Geum juga pergi ke bank untuk menabung. Ia menghitung uangnya di depan teller. Ia hanya tersenyum saat teller mengomentari uangnya sangat banyak.
Setelah
itu Soon Geum pergi ke rumah sakit. Ia mengeluh jika punya rumah
sebesar rumah majikannya, ia juga tak mau membersihkannya sendiri.
Pinggangnya sudah hampir patah. Ia rebahan disamping ayahnya. Ayahnya
bertanya apa Soon Geum sakit. Soon Geum malah marah. Ia menyindir
ayahnya, dirinya sakit karena ulah seseorang. Ayah Soon Geum berkomentar
jika ucapan Soon Geum sama seperti ibunya. Lama-lama Soon Geum akan
ketularan kebiasaan buruk ibunya.
"Memangnya kenapa dengan ibu?"
"Setiap
hari selalu berkata tak ada uang. Tak punya uang. Ketika aku pulang ke
rumah, aku melihatnya benar-benar pintar menyembunyikan uang
disana-sini. Dasar pembohong."
Soon Geum hanya diam saja mendengar ucapan ayahnya. Ia takut ayahnya juga tahu ia berbuat sama seperti ibunya.
Soon Geum pergi ke kontrakan baru Yoon Shi Ah. Ia tak tega melihat Shi Ah dan Ji Min tinggal rumah kecil yang sangat sederhana.
Soon Geum berjalan ke arah gedung apartemen yang menjulang tinggi dan berharap keluarganya dapat tinggal disana. Lalu ia menelepon Tuan Hwang.
"Ahjussi, harapanku adalah membeli rumah."
"Itu harapan semua orang yang hidup di Korea," jawab Tuan Hwang.
"Itulah sebabnya aku mengatakan ini. Aku melanjutkan pekerjaanku sebagai pembantu karena aku tak ingin ayahku sampai tahu. Tapi apa tak masalah jika aku membeli rumah tanpa dia tahu? Selama aku tak tinggal disana."
"Mengapa kau bertanya padaku?" tanya Tuan Hwang.
"Ini adalah harapan mendiang ibuku. Membeli rumah sendiri. Jika aku membeli rumah, ibu akan menyukainya juga. Aku sangat merindukannya. Karena aku, ibuku bekerja menjadi pembantu sepanjang hidupnya sampai dia mati. Dengan uang ini, aku ingin dia bahagia." Soon Geum mulai terisak.
Di seberang sana Tuan Hwang kebingungan mendengar tangis Soon Geum. Ia meminta Soon Geum tak menangis. Tapi Soon Geum terus saja menangis dan menyesali kepergian ibunya yang terlalu cepat. Masih banyak yang belum ia beri untuk ibunya. Semasa hidupnya, ibunya tak pernah hidup layak.
Tuan Hwang kewalahan. Ia mulai kesal karena Soon Geum tak mau berhenti menangis. Ia terus membujuknya, tapi tangis Soon Geum malah makin keras. Kesabaran Tuan Hwang habis. Ia membanting ponselnya ke meja. Sambungan telepon terputus. Sambil masih menangis, Soon Geum menghubungi Tuan Hwang lagi.
"Apa lagi? Kenapa kau meneleponku?" teriak Tuan Hwang.
"Presiden Yong," sahut suara diseberang.
Tuan Hwang melihat layar ponselnya. Kemudian matannya beralih pada saputangan biru yang tergeletak di atas mejanya. Kali ini Nyonya Kang yang menghubunginya.
Gun Woo menghadang Soo Jung di luar rumah.
"Apa
kau berkata bahwa aku orang yang memberikan uang itu...Atau kau
mengatakannya padanya bahwa aku meminjaminya uang itu?" tanya Gun Woo
perlahan.
Soo Jung memandang Gun Woo dengan curiga. Ia menduga Gun Woo menyukai Soon Geum. Tentu saja Gun Woo mengelak.
"Apa kau menginginkan uangmu kembali?" terka Soo Jung lagi. Kali ini ia menatap Gun Woo dengan pandangan mencela.
Gun
Woo minum-minum di halaman rumah Young Hee. Ia menceritakan soal
pinjaman uangnya ke bank pada Young Hee. Young Hee menganggapnya gila
karena berani meminjam uang dari bank untuk membeli saham. Gun Woo
berkata bisa menjual sahamnya sewaktu-waktu. Ia mulai mengeluhkan
penderitaannya. Ayahnya tak memberinya gaji. Bahkan ia tak punya uang
untuk naik bus.
Gun
Woo ingin bertanya sesuatu. Young Hee mengira Gun Woo hendak meminjam
uang. Gun Woo kesal dan mengumpat. Young Hee tak terima. Ia memiting
kepala Gun Woo.
"Hey, mulutku memang murah, tapi tak semurah saham milikmu," sungut Young Hee.
Mereka mulai berkelahi dan tak ada yang mau mengalah.
Tuan
Kang dan Tuan Hwang mengadakan pertemuan rahasia. Tuan Kang mengetahui
bahwa pemenang lotre menjual tiket lotrenya pada Tuan Hwang. Ia meminta
Tuan Hwang menjualnya padanya. Ia melakukan penawaran 11 milyar won.
Soon
Geum sedang menyetrika baju. Tapi bukan pakai setrika, bentuknya kayak
roll cat tembok. Gun Woo pulang dalam keadaan mabuk. Bajunya kotor dan
banyak rumput yang menempel. Soon Geum mengembalikan uang Gun Woo. Gun
Woo tak mau menerima uang itu. Ia malah marah dan keukeuh berteriak
memberikan uang itu untuk Soon Geum. Soon Geum mengucapkan terimakasih
atas kebaikan Gun Woo.
Gun
Woo berjalan sempoyongan mengambil sebotol soju di meja. Lalu
meminumnya dan menumpahkan isinya ke lantai. Soon Geum menatap Gun Woo
dengan kesal sambil mengelap lantai.
Gun Woo berjalan masuk ke kamarnya. Soon Geum baru menyadari banyak rumput yang menempel di baju Gun Woo.
Soon
Geum menyusul Gun Woo ke kamarnya. Gun Woo sudah terlelap tidur tanpa
mengganti bajunya. Jiwa pembantu Soon Geum menuntunnya untuk
membersihkan rumput yang berceceran di ranjang dan di baju Gun Woo. Tapi
sialnya roll yang dipakainya menyangkut di rambut Gun Woo. Gun Woo
sedikit terusik. Pelan-pelan Soon Geum menarik roll dari rambut Gun Woo.
Soon Geum menghela nafas lega karena berhasil menarik roll-nya tanpa
membangunkan Gun Woo.
Tiba-tiba
saja Gun Woo berbalik dan langsung memeluknya. Mengira Soon Geum bantal
guling. Soon Geum panik. Berusaha membebaskan dirinya. Merasa gulingnya
hidup, Gun Woo membuka matanya. Ia kaget mendapati Soon Geum dalam
dekapannya. Soon Geum kembali membebaskan dirinya dari jepitan tangan
Gun Woo.
Gun Woo terlentang dengan menarik tubuh Soon Geum.
"Apa yang kau lakukan disini?" tanyanya tajam tanpa melepaskan Soon Geum.
Soon Geum berusaha bangun, tapi Gun Woo mengunci tubuhnya.
"Aku bertanya apa yang kau lakukan disini sekarang?" ulang Gun Woo.
Soon Geum salah tingkah. Ia menjalankan roll-nya di baju Gun Woo. "Seperti yang kau lihat...."
"Apa sekarang kau sedang mencoba merayuku? Kau kembali untuk melakukan ini?"
Soon Geum tertegun.
"Kau ingin merayu putra dari keluarga kaya?" tuding Gun Woo.
Soon Geum terluka. Matanya berkaca-kaca. Ia menepis tangan Gun Woo dan langsung pergi tanpa suara.
Soon Geun minum soju seorang diri di dapur. Ia merasa terhina dengan perlakuan Gun Woo barusan.
"Apa dia benar-benar berpikir aku lucu," gumam Soon Geum.
Sementara itu Gun Woo merenung di kamarnya. Ia diam saja tanpa ekspresi. Sepertinya menyesali perlakuan kasarnya pada Soon Geum.
Soon
Geum berniat mewujudkan impiannya dan ibunya. Ia membawa setumpuk uang
ke agen properti. Soon Geum menatap brosur bergambar gedung apartemen.
Ia tersenyum bahagia karena impiannya untuk memiliki sebuah rumah
sendiri sebentar lagi akan terwujud.
Suami
istri Kang tampaknya akan pergi berlibur. Tinggal Gun Woo dan Soon Geum
di dalam rumah bersama San. Soon Geum tengah mencuci piring. Di
dekatnya Gun Woo makan sambil memperhatikannya terus. Gun Woo
mengkhawatirkan Soon Geum yang wajahnya sangat pucat. Ia bertanya apa
Soon Geum sakit. Soon Geum menggeleng lemah. Gun Woo juga menawari obat
yang dibeli Soon Geum tempo hari. Tapi Soon Geum menolak.
Setelah selesai mengerjakan pekerjaannya, Soon Geum memilih pergi ke kamar Da Kyum. Di luar ia bertemu dengan Young Hee. Melihat wajah pucat Soon Geum, Young Hee langsung tahu bahwa Soon Geum sakit. Soon Geum berkata hanya kurang tidur. Ia bertanya apa Young Hee punya obat penghilang rasa sakit. Young Hee menempelkan telapak tangannya di kening Soon Geum dan menyadari Soo Geum terserang demam.
Soon Geum masuk ke kamar Da Kyum. Unie-unienya sedang makan nasi campur. Soon Geum tak ikut bergabung. Ia langsung menarik kasur lipat dan merebahkan tubuhnya yang sudah letih. Soo Jung bergegas memeriksa tubuh Soon Geum. Hyung Joo menyelimutinya. Mereka tampak mengkhawatirkan Soon Geum dan ingin membawanya ke dokter. Soon berkata baik-baik saja dan meminta mereka semua meneruskan makan. Hyun Joo menyuruh Soon Geum tidur. Lalu mereka kembali makan sambil mengobrol. Soon Geum mulai terlelap.
Young Hee mengambil obat dan air putih. Ia bingung obat yang diambilnya obat demam atau obat tidur.
Di
dalam kamar Da Kyum cs membuat keributan. Awalnya mereka hanya
mengobrol biasa. Obrolan menjadi panas. Mereka saling mencela dan
berteriak. Dengan lirih Soon Geum meminta mereka tak saling bertengkar.
Mendengar keributan di dalam kamar Da Kyum, Young Hee mendobrak pintu dengan marah. Ia mengambil baskom nasi dan melemparnya keluar. Ia marah-marah karena mereka membuat keributan di dekat orang sakit. Da Kyum cs ketakutan dan berkumpul di sudut kamar. Soon Geum juga ikut ngeri.
"Minggir!" teriak Young Hee keras. Lalu ia membawa Soon Geum keluar diiringi tatapan bengong dari Da Kyum cs dan Gun Woo.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar