Rabu, 02 November 2011

Magic, korean movie



Magic, atau dalam bahasa
Korea disebut Yosul, adalah sebuah film bertemakan musik dan cinta. Jika kita tidak berkosentrasi sejak awal, saya yakin penonton akan dibuat bertanya-tanya dengan alur ceritanya yang sedikit membingungkan. Ataupun jika kita sudah memfokuskan diri kita sendiri, pada akhirnya kita juga akan dipaksa untuk mengulang alur ceritanya dari awal kembali. Untuk orang yang sedikit telmi seperti saya jangan harap akan mengerti film ini hanya dengan sekali putar. Go Hye Sun memang pandai dalam membuat penonton memutar otak sendiri. Bayangkan saja, ia berhasil menempatkan scene yang sebenarnya akan muncul di akhir film menjadi adegan pembuka, baru selanjutnya ia memulai asal mula ceritanya. Faktanya tidak sedikit kita temukan film yang menggunakan alur seperti ini. Namun yang membedakannya dengan Magic adalah dalam segi pemilihan scene yang menurut saya memang pas untuk membangkitkan rasa penasaran penonton. Sebenarnya hal ini memang syarat utama dalam mensutradarai film dengan alur mundur. Tapi inilah kelebihan Go Hye Sun, ia mampu menghadirkan bloody scene dimana Ji-eun, pemeran utama wanita, memberikan surat yang ditulis oleh Jung-woo sebelum kematiannya, kepada Myoung-jin dengan wajah yang penuh darah.

Cerita selanjutnya berjalan tak jauh dari tipikal film atau drama Korea yaitu cinta. Namun kisah cinta yang disuguhkan dalam film berdurasi 95 menit ini lebih mendayu-dayu, bahkan jika dinikmati terlalu lama dan tanpa selingan cerita apapun, mungkin akan menjadi kisah cinta yang paling membosankan. Hal ini disebabkan oleh perasaan cinta yang dipendam salah satu tokoh utamanya yaitu Myoung-jin, kepada Ji-eun, yang baru akan diungkapkannya di akhir cerita. Tapi Go Hye Sun kembali membuat film yang satu ini menjadi berbeda dengan film-film Korea lainnya yang juga mengusung genre romantis. Alunan khas dari alat musik cello mampu dihadirkan sebagai tema pembangun yang memang bukan sekedar pendamping asal-asalan. Inilah yang menjadi daya tarik dari film ini karena tidak banyak film Korea yang menyuguhkan tema tentang musik. Tidak berakhir sampai di situ, kita juga akan menikmati ragam musik lain yaitu piano. Menonton Magic benar-benar seperti menonton konser musik sungguhan, dimana kita akan disuguhkan kombinasi apik dari berbagai jenis alat musik. Pengambilan scene dan setting yang pas menjadikan film ini tidak bosan untuk dinikmati walaupun kadar dialog yang dibawakan oleh para tokohnya tidak begitu banyak.

Satu hal lagi yang menurut saya menjadikan film ini sebagai suguhan yang menarik adalah kejutan-kejutan yang dikemas oleh Go Hye Sun di akhir cerita. Mulai dari rahasia yang sebelumnya tidak kita ketahui jawabannya, sampai kepada ending yang juga tidak disangka-sangka dan menurut saya sangat memilukan. cinta adalah sesuatu yang menyakitkan, apalagi jika orang yang menjadi objek dari perasaan itu meninggalkan kita untuk selama-lamanya. Dengan berdasar pada film ini (karena film merupakan salah satu gambaran nyata dari peristiwa yang terjadi di sekitar kita), saya dapat mengambil suatu pelajaran yang saya rangkai menjadi satu kalimat singkat. Katakanlah sebelum ada yang hilang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar